Jika ditanya orang, siapa guru para ulama Aceh? Maka jawabnya adalah Abu Syekh Mud Blangpidie. Siapa beliau? Yuk simak kisah #ulamaAceh yang punya andil besar mencetak ulama hebat di Aceh ini.
Keturunan Bangsawan
Abuya Syekh Tuegku Haji Teuku Mahmud bin Teuku Ahmad lahir pada tahun 1899 di Mukim Lampuuk, Kec. Lhoknga, Aceh Besar.
Abu Syekh Mud merupakan keturunan bangsawan Aceh. Ayahnya yang bernama Teuku Ahmad adalah Uleebalang Lampuuk, Lhoknga, Aceh Besar.
Baca juga: Teungku Peulumat Ulama Aceh asal Padang
Pada tahun 1930, Abu Syekh Mud menikahi Cut Nyak Maryam binti Teuku Mamad, putri Uleebalang Lam Seukee, Lamlhom, Lhoknga.
Abu Syekh Mud dan istrinya dikaruniai tiga anak yaitu seorang laki-laki lahir 1933 namun meninggal dunia beberapa hari setelah dilahirkan.
Selanjutnya lahir pula anak perempuan Cut Ridhwan Mahmud pada tahun 1935 dan Cut Asmanidar Mahmud pada tahun 1941.
Hijrah ke Malaysia
Abu Syekh Mud mendapatkan pendidikan keagamaan dari guru-gurunya di kemukiman Lampuuk. Lalu berguru pada Abu Muhammad Hasan Krueng Kalee dari tahun 1915 sampai 1920.
Sebagai putra seorang uleebalang, Abu Syekh Mud ingin melanjutkan pendidikan ke OSVIA, Batavia. Namun ketika kapalnya singgah di Pulau Pinang/Penang, Malaysia, Syekh Mud pun turun di sana.
Dari Penang, Abu Syekh Mud tidak melanjutkan perjalanan ke Batavia, melainkan berangkat ke Madrasah Irsyadiyah Yan, Kedah.
Sebuah dayah yang dibangun dan dipimpin oleh Teungku Muhammad Irsyad Ie Leubeu, ulama Aceh yang bermukim di Yan, Kedah, Malaysia.
Abu Syekh Mud berada di Yan selama lima tahun dari 1921 sampai 1925. Disana ia lebih banyak bertindak sebagai guru dibandingkan santri.
Pulang ke Aceh
Pada tahun 1925, Abu Syekh Mud kembali ke kampung halamannya di Lhoknga, Aceh Besar. Masa-masa Belanda menumpas pemimpin perlawanan rakyat Aceh.
Pada saat bersamaan terjadi pergolakan di Blangpidie, Aceh Barat Daya, yang dipimpin Teungku Peukan bersama pasukannya berperang melawan Belanda.
Baca juga: Teungku Peukan, Ulama Pejuang dari Blangpidie
Saat itu banyak alim ulama yang syahid dalam pergolakan rakyat Aceh melawan Hindia Belanda. Maka Abuya Syekh Mud direkomendasikan oleh Abu Hasan Krueng Kalee untuk mengisi kekosongan alim ulama yang mengajar di Masjid Jami’ Mukim Kuta Batee, Blangpidie.
Masyarakat di sana pun menyambut baik kehadiran Abu Syekh Mud. Apalagi ia seorang ulama dari kaum bangsawan Aceh.
Membangun Dayah Bustanul Huda
Setelah setahun berada di Blangpidie, Abu Syekh Mud mendirikan Dayah Bustanul Huda di komplek Masjid Jami’ Baitul Adhim Blangpidie pada tahun 1928.
Di dayah ini, Abu Syekh Mud mengkombinasikan sistem pendidikan yang berkembang di Dayah Darul Ihsan Krueng Kalee dan sistem pendidikan di Yan, Kedah, Malaysia.
Penerapan sistem tersebut membuat Dayah Bustanul Huda segera masyhur.
Benar saja. Dayah pimpinan Abu Syekh Mud didatangi santri dari seluruh Aceh. Bahkan dari wilayah lain di Sumatera khususnya setelah akses jalan ke wilayah Blangpidie mulai bagus.
Dayah Bustanul Huda kelak menjadi tempat lahirnya banyak ulama terkenal di Aceh dan menjadi pimpinan dayah-dayah besar di kemudian hari.
Murid-Murid Syekh Mud
Dayah Bustanul Huda yang dipimpin Abu Syekh Mud mampu melahirkan banyak ulama besar yang terkenal di Aceh, diantaranya sebagai berikut:
- Syaikhul Islam Tgk. H. Muhammad Waly Al-Khalidy (Pendiri Dayah Darussalam Labuhan Haji).
- Abuya Syaikh Tgk. H. Adnan Mahmud Bakongan (Pendiri Dayah Ashabul Yamin Bakongan).
- Abuya Syaikh Tgk. H. Ja’far Lailon (Pendiri Dayah Darul Halim Kuala Batee).
- Abuya Syaikh Tgk. H. Jailani Musa (Pendiri Dayah Darussa’adah Kota Fajar).
- Abuya Syaikh Tgk.H. Muhammad Bilal Yatim (Pendiri Dayah Darul Ulumudiniyah Suak Setia).
- Abuya Syaikh Tgk. H. Imam Syamsuddin (Pendiri Dayah Darul Aman atau Dayah Babussalam Sangkalan).
- Abuya Syaikh Tgk. H. Abdul Hamid Kamal (Pendiri Dayah Raudhatul Ulum Kuala Batee).
- Abuya Syaikh Tgk. H. Muhammad Arsyad Lamno (Pendiri Meunasah Abu Tuha Calang).
- Teungku Din Affany (Pendiri Dayah Darul Huda Samatiga).
- Abuya Syaikh Tgk. H. Abdul Ghafar (Imum Chik Masjid Lhoknga).
- Tgk. Salim Mahmud Samadua
Akhir Hayat
Selain memimpin Dayah Bustanul Huda Blangpidie, Abu Syekh Mud juga tercatat sebagai pengurus Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) Provinsi Aceh yang saat itu diketuai Abu Syekh Hasan Krueng Kalee.
Organisasi ini pertama kali dibawa ke Aceh oleh murid Abu Syekh Mud bernama Syekh Muhammad Waly al-Khalidy yang sekembalinya dari Sumatra Barat membentuk cabang PERTI di Aceh Selatan pada tahun 1942.
Baca juga: Abu Tumin Panutan Ulama dan Masyarakat Aceh
Pada tahun 1966 bertepatan 1 Ramadhan 1385 H, Abu Syekh Mud wafat dan dikebumikan di depan rumahnya di Blangpidie.
Kepemimpinan Dayah Bustanul Huda Blangpidie diteruskan oleh menantunya atau suami Cut Ridhwan Mahmud yaitu Abuya Syaikh Tgk H Abdul Hamid bin Tgk Kamaluddin sampai tahun 1980.[]