Aceh ini kaya dengan kuliner khususnya masalah hidangan di hari raya. Salah satunya adalah Sie Reuboh khas Aceh Besar. Yuk simak ulasan berikut.
Mengenal Sie Reuboh
Sie Reuboh (Aceh: sië reubôh) merupakan masakan tradisional yang sangat terkenal di Aceh khususnya Aceh Besar dan sekitarnya.
Sie Reuboh terbuat dari daging sapi beserta lemak-lemak yang melekat pada dagingnya. Lalu dimasak dengan dicampur rempah dapur ala kadar. Warnanya kuning keemasan dan pasti menggugah selera.
Yang paling penting dari proses pembuatannya adalah dengan memakai cuka yang terbuat dari air nira alias cuka ië jôk.
Sie reuboh sering kita jumpai ketika meugang puasa, bulan Ramadhan, meugang hari raya Idul Fitri hingga Idul Adha. Di setiap rumah masyarakat Aceh Besar akan selalu dijumpai sie reuboh pada setiap hari sakral tersebut.
Warisan Perang
Tidak heran, sie reuboh menjadi bekal para pejuang Aceh dalam perang melawan Belanda dulunya. Makanan ini mudah dibawa ke hutan atau gunung.
Pada saat itu, sie reuboh kerap kali dipersiapkan untuk menjadi logistik ketika memasuki musim perang. Sebab masakan ini tidak akan basi dan jika sudah dingin tinggal dipanaskan lagi.
Dan yang pasti masakan ini tetap masih enak dimakan apalagi dengan nasi yang masih panas.
Simple Cuisine
Baca juga: Leughok Kudapan Warisan Perang Aceh
Selain itu proses memasaknya juga tidak memakan waktu yang lama. Beberapa sumber mengatakan memasak sie reuboh hanya butuh waktu setengah jam.
Uniknya, ia harus dimasak dengan memakai beulangong tanoh (belanga dari tanah liat/tembikar).
Kenapa Bisa Tahan Lama?
Sie reuboh bisa tahan lama bukan karena menggunakan zat pengawet seperti makanan lain pada umumnya. Tapi ia memiliki metode sendiri yang menghasilkan pengawet alami.
Menurut sumber, rahasianya pengawetannya terletak pada lemak (gajih) dari sapi.
Jadi, sie reuboh ini adalah masakan daging yang komposisinya itu sekitar 50 % daging dan 50 % lemak.
Lemak tersebut dimasak berbarengan dengan daging sapi. Lemak itu setelah masak dan didinginkan, akan membalut dan menutupi seluruh daging.
Dengan metode warisan endatu Aceh itulah, daging menjadi awet karena tertutup lemak yang mengandung gelatin dan berfungsi sebagai zat lilin yang biasa digunakan petani asing untuk melindungi kulit buah jeruk atau apel impor.
Nah, hebat kan kuliner warisan perang Aceh ini? Jangan lupa mencobanya saat berwisata ke Aceh.[]