Pandemi Covid-19 mengubah semua tatanan kehidupan manusia di hampir seluruh belahan bumi. Tak terkecuali Zainuddin, pria kelahiran Blang Me, Bireuen, 1993.
Ia harus putar otak agar bisa mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan. Akhirnya ia menjatuhkan pilihan untuk mendaur ulang botol air mineral menjadi barang berharga yaitu sofa.
Ia memberi nama usahanya SOBOTIK, akronim dari Sofa Botol Plastik. Bukan sekedar nama, sofa ini memang terbuat dari botol plastik bekas yang ia kumpulkan di lingkungan sekitarnya. Produksi pertama pun dimulai pada November 2020.
Terbiasa Penanganan Limbah Plastik
Zai, sapaan akrab Zainuddin, mengatakan ia sudah terbiasa dengan penanganan limbah plastik khususnya di Banda Aceh.
Semasa kuliah dia sering terlibat dalam kegiatan sosial peduli lingkungan. Ia beberapa kali bekerja sebagai relawan pada sejumlah kegiatan LSM yang konsen dengan hubungan manusia dan alam, terutama isu sampah.
Zai juga mengikuti beberapa akun media sosial yang mengkampanyekan daur ulang sampah plastik. Dari situlah, dia kemudian coba mendalami satu upaya recycling sampah berbahan botol plastik untuk diolah menjadi sofa dari Youtube.
“Setelah saya pelajari dan semakin tertarik saya coba realisasikan dalam bentuk bisnis berbasis daur ulang yaitu Sobotik ini,” kata Zai kepada AcehPlus, Senin (25/10/2021), via pesan WA.
Made By Order
Sobotik hadir sebagai pelengkap interior rumah, cafe, kantor, dan kebutuhan properti lainnya.
Sejak dimulai pada 2020 hingga saat ini, kata Zai, Sobotik hanya dibuat jika ada pesanan saja alias made by order. Dengan sistem made by order, konsumen bisa memesan sesuai seleranya masing-masing.
Proses pembuatan satu set Sobotik memakan waktu hingga kurang lebih 2 minggu.
Zai mematok harga Sobotik dengan kisaran Rp 300 ribu – Rp 350 ribu untuk satuan. Sementara untuk pemesanan 1 set dibanderol hingga Rp 1,5 juta rupiah, tergantung jumlah.
Saat ini, konsumen Sobotik hanya di Aceh saja. Zai belum mampu melayani pasar nasional karena mahal ongkos kirim.
Respon Positif dari Masyarakat
Usaha yang digeluti Zai sejak setahun lalu ini mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Sejauh ini, ia berhasil menjual kurang lebih 10 set kursi terdiri dari single set, double set maupun family set.
Untuk bahan baku, masyarakat sekitar atau beberapa pelaku usaha seperti cafe dan penginapan, sudah pernah menghubunginya untuk “menyumbangkan” bahan baku botol plastik yang sudah dipilah mereka.
“Alhamdulillah masyarakat sekitar menaruh respon yang luar biasa, bahkan di luar dugaan kami. Termasuk Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman, sudah merespon dan mengambil satu set untuk dipajang di rumahnya,” tutur alumni UIN Ar-Raniry ini kepada AcehPlus.
Berbagi Ilmu Hingga Luar Daerah
Zai di sela-sela usahanya, menyempatkan diri berbagi ilmu kepada teman-temannya. Tak hanya di Banda Aceh, ia berbagi ilmu daur ulang ini ke teman-teman yang ada di Medan, Pontianak dan Nusa Tenggara.
Menurutnya, walaupun tidak ada pesanan dari luar daerah, ia tetap akan terus membagikan ilmunya demi mengurangi penggunaan plastik di bumi.
Zai juga punya pesan buat anak muda Aceh yang ingin berwirausaha. “Terkait bisnis, mulai saja dulu. Kerjakan dengan serius dan beutôi-beutôi kap igoë lah. Apapun produknya tentu akan ada pasar dan pelanggannya sendiri. Nantinya tetap harus jadi orang terbuka untuk kritik dan saran,” katanya.[]