Habib Teupin Wan, salah satu tokoh pemimpin perjuangan yang punya andil besar dalam perjalanan perang Aceh melawan Belanda.
Namun sosok ini jarang dibahas dalam diskusi-diskusi sejarah orang Aceh. Penasaran dengan perjuangannya? Yuk baca cerita ini sampai habis.
Siapa Habib Teupin Wan?
Habib Teupin Wan bernama lengkap Habib Abdurrahman bin Hasan Asseqaf. Dia lahir di Teupin Wan, di Meunasah Papeun, Mukim XXVI, Aceh Besar, diperkirakan pada tahun 1850.
Dari garis keturunan, Habib Abdurrahman bin Hasan Asseqaf merupakan keturunan dari Sayidina Husein ra yang merupakan cucu dari Baginda Rasulullah SAW.
Baca juga: Habib Muhammad bin Achmad Al-Attas; Keturunan Nabi Muhammad di Aceh Timur
Tidak banyak catatan tentang silsilah dan keluarga Habib Teupin Wan.
Mulai Berjuang Melawan Belanda
Tahun 1873 merupakan tahun awal penyerangan Belanda terhadap Aceh. Kesultanan Aceh Darussalam pun menyambut dengan serangan demi serangan berlandaskan jihad fi sabilillah.
Habib Abdurrahman bin Hasan Asseqaf alias Habib Teupin Wan pun ikut pro aktif berjuang dalam perang Aceh sejak awal meletusnya Perang Aceh tersebut.
Awal perjuangan Habib Teupin Wan dimulai dari Mukim XXVI.
Ia memulainya dengan mendirikan sebuah benteng dekat makam seorang keramat bernama Tengku Di Leung Keung yang masih berada di wilayah Mukim XXVI.
Baca juga: Tgk Chik Pante Kulu; Pengarang Hikayat Prang Sabi yang Ditakuti Belanda
Dari benteng pertahanan ini, habib bersama pasukannya terus melakukan perlawanan terhadap Belanda serta membakar semangat juang rakyat Aceh khususnya yang berada di wilayah Mukim XXVI.
Perang Makin Hebat
Intensifnya pergerakan pasukan Belanda menyebabkan para pejuang Aceh beserta Sultan Alauddin Mahmudsyah harus mundur ke Pagar Air.
Sultan pun gugur akibat wabah kolera yang dideritanya pada tahun 1874 M.
Penggantinya Sultan Muhammad Daud Syah kemudian menjalankan pemerintahan di Keumala, Pidie.
Menurut H.C. Zentgraff, Habib Teupin Wan hijrah ke Keumala setelah Belanda melakukan operasi besar-besaran.
Walaupun saat itu Habib Teupin Wan masih sangat muda tetapi karakter beliau sudah menunjukkan seorang pemimpin yang memiliki visi sangat tegas, yakni mengusir penjajah Belanda dari Tanah Aceh tanpa tawar-menawar.
Gugur di Tangse
Setelah perang semakin sengat, Habib Teupin Wan kemudian mundur ke seputaran Tangse-Keumala.
Di sana, ia juga mampu membuat Belanda ketar-ketir. Akibatnya pasukan Belanda menggunakan siasat memakai “cuak” dari orang lokal.
Seperti dikisahkan dalam cerita orangtua dulu, cuak itu bernama Teungku Baje Mirah atau Pang Bayak.
Cuak itulah yang memiliki andil besar dalam membantu Belanda melacak tempat persembunyian Habib Teupin Wan di pedalaman hutan Tangse.
Saat itu, Teungku Baje Mirah mengirimkan seekor sapi kepada Habib Teupin Wan untuk memperingati meugang pada hari raya Idul Fitri kala saat itu.
Baca juga: Tgk Chik Dirundeng Ulama dan Pejuang dari Barsela
Dari jejak sapi itulah Letnan B.J. Schmidt dan pasukannya berhasil melacak lokasi persembunyian Habib Teupin Wan.
Setelah berjuang selama 38 tahun, Habib Teupin Wan syahid pada 5 Syawal 1329 H/29 September 1911 M setelah diserang pasukan di bawah pimpinan Kolonel HJ Schmidt.
Beliau pun dimakamkan di Gampong Blang Dalam, Kecamatan Tangse, Pidie.[]