Pernah nonton Mop-mop Aceh? Nyan hai.. pertunjukan seni tutur orang Aceh yang sangat terkenal pada zamannya. Nah bagi yang belum tahu, yuk baca postingan ini sampai selesai ya.
Sejarah Mop-Mop
Mop-mop atau sering disebut dengan Biola Aceh merupakan teater tradisi yang berasal dari Aceh. Kesenian ini dikategorikan dalam seni tutur.
Belum diketahui persis kapan jenis pertunjukan ini muncul di Aceh. Namun ada yang menyebut pertunjukan mop-mop dulunya sering digelar di daerah Pidie, Bireuen, Lhokseumawe dan Aceh Utara, dan populer antara tahun 1950-an hingga 1980-an.
Baca juga: Rabbani Wahed Tarian Sufi dari Samalanga
Secara harfiah memang, mop-mop dalam Bahasa Aceh bermakna biola, karena menggunakan alat musik biola saat pertunjukan.
Mop-mop juga diartikan sebagai ocehan atau dialog yang tidak jelas.
Kini pertunjukan mop-mop yang mulai terancam punah ini sedang dilestarikan kembali oleh Sanggar Meurak Jeumpa Aceh asal Krueng Mane, Aceh Utara.
Para Pemeran
Pertunjukan mop-mop menggambarkan masalah dalam rumah tangga. Terutama cerita sang suami yang tinggal bersama istri di rumah orangtuanya istri (mertuanya suami).
Maka tidak heran jika dalam pertunjukannya, kerap menggunakan dialog “yang tidak jelas” terkait kehidupan rumah tangga.
Mop-mop diperankan oleh 3 orang yang kesemuanya laki-laki.
Pemeran pertama adalah Yah Tuan (bapak mertua). Yah Tuan juga bertugas sebagai pemain biola dan syeh yang memimpin alur cerita. Karakternya adalah seseorang yang penyabar dan bijaksana.
Pemeran kedua bertindak sebagai linto baro. Sang suami ini menampilkan karakter seorang pria yang pemarah dan tidak pernah akur dengan bapak mertuanya.
Baca juga: Ratoh Jaroe Tarian Aceh Yang Ditampilkan Dalam Video Rapper Dunia
Terakhir dara baro yaitu seorang istri yang memiliki sikap lemah-lembut dan sopan santun terhadap suami dan ayahnya.
Skenario Dua Babak
Hebatnya, pertunjukan mop-mop tidak memiliki skenario tertulis. Semua dimainkan dengan dialog yang spontan tergantung situasi pada saat pertunjukan.
Namun mop-mop memiliki pakem pertunjukan dua babak, yaitu konflik antara linto baro dengan dara baro dan konflik antara Yah Tuan dengan linto baro.
Babak pertama mengisahkan konflik yang biasa terjadi dari sepasang suami istri.
Permasalah pasutri yang ditampilkan lazimnya perbedaan sikap dalam permasalahan rumah tangga. Konflik ini dimediasi oleh Yah Tuan dengan memberikan masukan-masukan yang baik.
Di babak kedua, menampilkan konflik antara linto baro dengan Yah Tuan. Biasanya konflik ini terjadi karena linto baro tersinggung terhadap hal-hal yang terjadi di rumah mertuanya. Dan konflik ini ditengahi oleh dara baro.
Mop-Mop dalam Kehidupan
Pertunjukan seni tradisi khas Aceh ini memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan masyarakat Aceh. Pertama, sebagai sarana hiburan.
Baca juga: OrangHutan Squad Grup Hip-Hop Aceh Melawan Stigma dengan Budaya
Fungsi selanjutnya sebagai wadah untuk pendidikan karakter dan resolusi konflik dalam berumah tangga. Karena dalam pertunjukan mop-mop banyak mengisahkan kejadian-kejadian dalam rumah tangga dengan tujuan menjadi pelajaran bagi penonton.
Nah, WargaAcehPlus, mari bantu dukung dan lestarikan kesenian khas Aceh ini.[]
Sumber Bacaan:
- Aslam Nur, dkk. Ensiklopedia Kebudayaan Aceh. 2018: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
- T. Zulfajri. Seni Pertunjukan Aceh Mop Mop. 2021: Kementerian Pendidikan dan Kebudayan RI.
https://www.jkma-aceh.org/mop-mop-sudah-mati/
https://theacehpost.com/lestarikan-kesenian-aceh-tejo-terbitkan-buku-mop-mop/