Pasca Hasan Tiro menyatakan Deklarasi Kemerdekaan Aceh pada tanggal 4 Desember 1976, SDM yang miliki Aceh masih sangat rendah. Karena itu didirikanlah Universitas Atjeh ( Universitas Aceh ) sebagai salah satu jalan untuk menaikkan taraf SDM adalah dengan jalur pendidikan. Penasaran dengan kampus tersebut? Yuk simak sejarah berikut.
Table of Contents
Sejarah Awal Universitas Aceh
Pada tanggal 10 September 1977, keberadaan Hasan Tiro dan rekan-rekan di Asrama Alue Puasa tercium oleh tentara Republik Indonesia.
Mereka kemudian berpindah ke Alue Kuyuen, sebelah utara lereng Gunung Halimon. Di sinilah Hasan Tiro dan para anggotanya mendirikan Universitas Atjeh.
Kampus ini didirikan tepat pada tanggal 20 September 1977.
Tujuan utama pendirian kampus di hutan ini adalah semata-mata untuk pemantapan ideologi nasionalisme keAcehan.
Hasan Tiro juga berprinsip bahwa untuk memenangkan perang ideologi itu tidak bisa semata-mata dengan senjata.
Apalagi saat itu anggota Aceh Merdeka sangat kekurangan senjata. Maka dari itu, penguatan ideologi sangat penting dan hanya bisa ditempuh dengan pendidikan.
Fakultas dan Dosen Universitas Aceh
Meskipun dibentuk di dalam hutan belantara di Gunung Halimon, prinsip-prinsip pendidikan kampus tetap diterapkan.
Mengapa demikian? Ini disebabkan para penggerak Aceh Merdeka bukanlah orang-orang konyol yang tanpa pendidikan.
Mereka rata-rata adalah mahasiswa dari kampus ternama dengan jurusan mentereng pada masanya.
Jadi di Universitas Aceh ini dibuka Fakultas Kesehatan/Kedokteran, Administrasi Publik, Hukum, Hubungan Internasional, dan Akademi Militer.
Adapun para dosen yang mengajar adalah Dr. Hasan Muhammad di Tiro, Tgk Ilyas Leubee, dr. Mukhtar Yahya Hasbi, dr. Husaini Hasan, dr. Zaini Abdullah, dr. Zubir Mahmud, dan Ir. Teuku Asnawi.
Silabus di Universitas Aceh
Di Universitas Aceh ini sama dengan universitas resmi yang ada di berbagai wilayah di Aceh lainnya. Materi-materi yang diajarkan pun hampir sama sesuai dengan fakultas masing-masing.
Mereka diajarkan materi terkait bentuk-bentuk pemerintahan, ideologi keAcehan, islam dan politik antar bangsa.
Ada juga materi tentang human rights, self-determination, international court of justice, pendidikan kesehatan hingga terkait dengan materi perserikatan bangsa-bangsa.
Dari semua materi tersebut, ideologi ke-Acehan merupakan materi paling ditekankan untuk dipelajari.
Alasannya sudah pasti, karena Bangsa Aceh wajib paham dengan sejarah dan ideologi bangsanya sendiri.
Karya Ilmiah Universitas Aceh
Selama berdirinya kampus ini terdapat banyak karya tulis yang diterbitkan untuk masyarakat umum.
Beberapa buku yang pernah diterbitkan adalah Atjeh Bak Mata Donya, Demokrasi untuk Indonesia, Manifesto Politik Dunia Melayu, The Price of Freedom, The Legal Status of Acheh Under International Law.
Baca juga: Surat Hasan Tiro kepada PM Ali Sastroamidjojo
Selain itu ada juga Drama Perang Aceh, leaflet dan brosur-brosur perjuangan Aceh Merdeka, kumpulan pidato Hasan Muhammad di Tiro, Kumpulan Tanya Jawab Seputar Aceh Merdeka dan buku petunjuk pertolongan pertama menghadapi situasi darurat di hutan.
Beberapa karya dari Universitas Aceh itu ditulis oleh Hasan Tiro dan Husaini Hasan. Karya-karya tersebut masih dapat dibaca hingga sekarang ini.
Mengenal Lulusan Universitas Aceh
Universitas Aceh berhasil meluluskan beberapa orang yang kemudian dikenal menjadi penggerak perjuangan di masa depan.
Mereka adalah dr. Mukhtar, dr. Husaini Hasan, dr. Zaini Abdullah, Tgk Ilyas Leubee, Ir. Teuku Asnawi Ali, Amir Ishak, dr. Zubir Mahmud, Tgk. Idris Ahmad, M. Daud Husin, dan Geuchik Uma.
Baca juga: DI/TII Aceh, Sejarah Kelam Aceh Menagih Janji Soekarno
Ada juga nama-nama seperti Tgk Usman Lampoh Awe, Tgk Idris Mahmud, Tgk Muhammad Mahmud, Tgk. M. Yusuf Hasan, Tgk Ilyas Tjot Plieng, Tgk Ali Daud, Tgk Daud Djanggut, Tgk Fauzi Hasbi, Yusuf Daud dan Auzai Jailaniy.
Menjadi Agent of Change
Para lulusan Universitas Aceh ini kemudian menjadi agent of change dalam masyarakat Aceh. Mereka menyebarkan paham atau ideologi ke-Acehan yang didapatkan dibangku kuliah.
Mereka menyampaikan materi yang didapatkan di sana kepada masyarakat ketika ada pertemuan di kampung-kampung.
Beberapa dari hasil pelajaran juga disebarkan melalui kaset-kaset kepada masyarakat.
Tujuannya agar mudah untuk didengarkan dan dipahami oleh masyarakat awam.
Dari sinilah kemudian ideologi ke-Acehan pun tumbuh sehingga banyak anak-anak Aceh kemudian berangkat keluar negeri untuk latihan di Libya.[]
Sumber: Buku “Dari Gunong Halimon ke Swedia,” Husaini Hasan, Yankataba, Jakarta : 2016, hal 97