Good News From Aceh
FaktaSejarahSeni

The Black Road, Film Dokumenter Perang Aceh Yang Dicekal di Indonesia

The Black Road

Pasca damai 2OO5, film The Black Road menjadi tontonan wajib di warung-warung kopi seantero Aceh. Film ini disebarkan melalui keping-keping VCD yang dijual di lapak-lapak penjual kaset di Aceh. Baca lanjutannya di postingan berikut.

The Black Road Dibuat Oleh Wartawan

The Black Road
Foto: Getty Images/Hotli Simanjuntak

Film The Black Road merupakan karya dokumenter Australia tahun 2005 yang dibuat oleh William Nessen. Ia seorang wartawan lepas Amerika Serikat.

Nessen mengunjungi Aceh untuk mengungkap konflik yang sedang berlangsung antara Pemerintah Indonesia dengan GAM yang ingin memerdekakan Aceh.

William Nessen pertama berkunjung ke Aceh pada tahun 2001 sebagai jurnalis cetak.

Saat itu, ia hanya memproduksi berbagai rekaman yang akan dijual ke stasiun-stasiun televisi. Saat itu, ia mulai intens masuk ke dalam berbagai kegiatan ABRI di Aceh.

Seiring waktu berjalan, Nessen pun berbalik menjadi pendukung Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Dibantu Penerjemah

The Black Road
Foto: bincangmuslimah.com

Selama di Aceh, Nessen mulai sering bertemu Jenderal Bambang Darmono, Komandan ABRI di Aceh. Selama berteman dengan sang Jenderal, ia pun mendapat kepercayaan Jenderal Darmono.

Dengan demikian, ia dengan mudah memperoleh informasi dan merekam kejadian-kejadian yang sulit didapatkan jurnalis lain.

Dalam perjalanannya, Nessen dibantu oleh Shadia Marhaban, penerjemah dan aktivis perempuan pro-kemerdekaan Aceh.

Semakin hari, semakin banyak informasi sensitif yang dikumpulkan oleh Nessen dan Shadia di lapangan.

Koleksi rekamannya semakin banyak dan Nessen mulai berpikir untuk membuat film. Ide tersebut kemudian terwujud dengan judul “The Black Road”.

Hidup Bersama GAM

The Black Road
Foto: sfgate.com/William Nessen

Beberapa hari setelah pernikahannya, Musliadi, salah seorang aktivis HAM, diculik dan dibunuh oleh pasukan keamanan Indonesia.

Peristiwa inilah kemudian memantapkan hati Nessen untuk mendukung pergerakan GAM. Ia pun mulai hidup dengan para gerilyawan.

Nessen menghabiskan lebih dari satu tahun bersama GAM sebelum militer menyadari gerak-geriknya.

Ia diburu dan nyaris dibunuh oleh militer Indonesia yang menuduh Nessen sebagai mata-mata.

Setelah diminta untuk berhenti membuat film di wilayah yang dikuasai pemberontak, Nessen kucing-kucingan dengan pihak berwenang selama beberapa minggu.

Baca juga: Universitas Aceh Kampus Tertua di Aceh Bentukan Hasan Tiro

Setelah berkali-kali mengalami peristiwa yang mengancam nyawa, ia menyerah ke militer dan ditahan selama 40 hari.

Setelah itu, ia dideportasi ke Singapura dan dicekal dari Indonesia selama satu tahun.

Gambaran Film The Black Road

The Black Road
Foto: sfgate.com/William Nessen

Film The Black Road dibuat berdasarkan kejadian yang ditemui Nessen di lapangan. Ia mewawancarai banyak orang, mulai dari masyarakat, tokoh GAM senior, beberapa panglima wilayah GAM hingga penguasa militer daerah Aceh.

Ia juga melihat kejadian-kejadian yang di luar dugaan. Dia mendengar banyak cerita dari masyarakat terkait kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan.

Ia melihat rumah-rumah dibakar setelah kontak tembak, mayat-mayat masyarakat korban kekerasan dan proses rekonstruksi yang dilakukan masyarakat.

Dalam film ini juga diperlihatkan bagaimana proses pembuatan senjata oleh gerilyawan. Juga prosesi permintaan referendum yang terjadi di depan Masjid Raya Baiturrahman.

Film ini berakhir dengan menampilkan footage tsunami 2004 dan footage perdamaian Aceh pada tahun 2005. 

Banjir Prestasi

the black road aceh
Foto: sfgate.com/William Nessen

Film The Black Road disambut hangat oleh penonton dan memenangkan banyak penghargaan, baik di tingkat Australia maupun internasional.

Buktinya William Nessen memenangkan Best Documentary untuk The Black Road di Mumbai International Film Festival 2006.

Baca juga: Bendera Aceh Dari Masa ke Masa

Lalu Andrew Ogilvie [produser] memenangkan Best Film of the Festival untuk The Black Road di Mumbai International Film Festival 2006.

Film ini juga memenangkan Screenrights’ Best Made-for-TV Documentary di DOCNZ Film Festival.

Dan editornya, Lawrie Silvestrin masuk nominasi Australian Film Institute Award tahun 2005 untuk kategori “Best Editing in a Documentary” oleh Australian Film Institute.

Meskipun diterima oleh masyarakat internasional, film The Black Road dilarang beredar di Indonesia oleh Lembaga Sensor Film.[]

Related posts