Good News From Aceh
Sosok

Abuya Muda Waly Ulama Pembaharu Pendidikan Islam di Aceh

Abuya Muda Waly

Berdarah Aceh-Minang

Syeikh Haji Teungku Muhammad Waly Al-Khalidy alias Abuya Muda Waly lahir di Gampong Blang Poroh, Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan, tahun 1917. Putra bungsu dari Sheikh H Muhammad Salim bin Malim Palito. Ayahnya berasal dari Batu Sangkar, Sumatera Barat. Sedangkan ibunya Siti Janadat, putri seorang kepala desa yang bernama Keuchik Nya` Ujud yang berasal dari Gampong Kota Palak, Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan. 

Beliau wafat pada 28 Maret 1961 dan dimakamkan di Dayah Darussalam Labuhan Haji.  Almarhum Abuya Muda Waly (thetapaktuanpost.com, 20/04/20) memiliki empat istri yang setia yaitu Ummi Padang (Sumatera Barat), Ummi Paoh (Labuhan Haji), Ummi Manggeng (Abdya) dan Ummi Teunom (Aceh Jaya). Beliau dikaruniai 8 putra sebagai generasi penerus pendidikan, yakni Abuya Tgk H Muhibbuddin Waly (Alm), Abuya Tgk H Mawardi Waly, Abuya Tgk H Harun Rachid Waly (alm), Syekh H Abuya Jamaluddin Waly (alm), Abuya Tgk H Amran Waly, Abuya Tgk H M Nasir Waly (alm), Abuya Tgk H Ruslan Waly (alm) dan Abuya Tgk H Syekh Abdurrauf Waly.

Belajar Agama & Sekolah Belanda

Nama lahirnya Muhammad Waly. Ia belajar ilmu agama pertama kalinya pada Sang Ayah, Syekh H Muhammad Salim. Ia juga mengenyam pendidikan umum di sekolah Volks-School yang didirikan Belanda. Ketika melanjutkan sekolah umum ke Vervolgschool, Muhammad Waly diantarkan ayahnya ke Pesantren Jam’iyyah Al Khairiyyah Labuhan Haji pimpinan Teungku Muhammad Ali atau lebih dikenal Teungku Lampisang Aceh Besar. 

Dikutip dari buku “Ayah Kami Syekhul Islam Abuya Muhammad Waly Al Khalidy Bapak Pendidikan Aceh” karangan Prof DR H Muhibuddin Waly, setelah 4 tahun belajar pada Teungku Lampisang, Muhammad Waly lanjut ke Bustanul Huda Blangpidie pimpinan Syekh Mahmud. Berikutnya meudagang ke Kutaraja (Banda Aceh sekarang). Ia sempat belajar sebentar pada Syekh Abu Hasan Krueng Kale dan Abu Hasballah Indrapuri. Muhammad Waly akhirnya merantau ke kampung halaman ayahnya, Sumatera Barat. 

Persiapan Sebelum ke Mekkah

Abuya Muda Waly sempat mengajar di dayah pimpinan Abu Indrapuri di Aceh Besar. Dari sinilah ia mengenal sistem madrasah. Dari sini pula beliau mendapat tawaran dari Teungku Hasan Geulumpang Payong untuk meningkatkan jenjang pendidikannya sampai ke Kairo. Sebagai persiapan, Abuya Muda Waly lebih dulu dikirim ke Normal Islam School di Sumatera Barat di bawah pimpinan Mahmud Yunus, alumni Al-Azhar, Kairo. 

Muda Waly belajar tiga bulan saja di sana hingga mengundurkan diri dengan hormat. Alasannya, sekolah itu lebih banyak mengajarkan pendidikan umum. Atas saran Ismail Ya’qub, beliau diminta menetap sementara di Padang. Keputusan itu membawa hikmah. Beliau kemudian banyak berkenalan dengan orang penting di Padang seperti Syeikh Sulaiman Ar-Rasuli dan Syeikh Muhammad Jamil Jaho, hingga kemudian membawanya ke Tanah Suci untuk ibadah haji sembari menuntut ilmu pada ulama besar yang dijumpai di sana. 

Abuya Muda Waly Al-Khalidy

Pulang Kampung Dirikan Dayah

Muda Waly kembali ke kampung halamannya sekitar tahun 1939. Kepulangannya disambut sukacita oleh orang tua maupun masyarakat sekitarnya. Pada 1942, beliau pun mendirikan Dayah Darussalam di Gampong Blang Poroh, Labuhan Haji. Abuya Muda Waly melalui Mazhab Syafi’i dan faham Ahlussunnah wal Jama’ah dalam i’tiqad serta ilmu Tasawuf Tarekat Al-Khalidi An-Naqsyabandi, berhasil mendidik ribuan murid. 

Dayah Darussalam menjadi lembaga pendidikan islam pertama di Aceh yang mengembangkan Thariqat Naqsyabandiyah dan berlanjut hingga sekarang.  Dayah Darussalam juga melahirkan ulama-ulama besar di Aceh hingga Asia hingga Asia Tenggara. Pun telah mencetak ribuan Imum Syik dan pemuka-pemuka agama 

Karya Tulis

Abuya Muda Waly tak hanya “menelurkan” ulama-ulama besar. Dari pengetahuannya yang luas, beliau juga sempat mewarisi karya tulis untuk memperkaya kepustakaan Tasawuf  Indonesia. Mengutip laduni.id, goresan tangan Muda Waly yang juga dipakai sebagai panduan dalam mengamalkan Tarekat Naqsyabandiyah antara lain: 

  • Risalah adab Zikir Ism dalam tarekat Naqsyabandiyah (dalam bahasa Melayu),
  • Ubat Hate, Nadham Munajat Yang Diberkati Bagi Al-A’liyat Al-Naqsyabandiyah (teks amalan dalam bahasa Arab disertai terjemahan bahasa Aceh),
  • Al-Fatawa, di dalamnya berisikan berbagai fatwa hukum-hukum Islam; dan 
  • Tanwiru al-Anwar fi Izhar Khalal ma-fi Kasyf al-Ansar (dalam bahasa Melayu) yang berisikan tentang amalan sufi. 

Keturunan Utsman bin Affan ra

Abuya Muda Waly disebut punya nasab dengan salah satu Khulafaur Rasyidin yaitu Utsman bin Affan r.a. Abu Syekh Muhammad Naser bin Tgk. Ilyas bin Abu Ibrahim Woyla menceritakan, seperti dirilis dinulislamnews.com (13/12/2016) dalam “Silsilah Abuya Muda Waly Al-Khalidy Keturunan Usman Bin Affan, Benarkah? (II)”, silsilah nasab Abuya Muda Waly adalah Syekh Muhammad Waly bin Syekh Muhammad Salim bin Tuanku Malim Palito bin Datuk Muhammad Husein bin Hulubalang Ja’far bin Tuanku Abdul Faqih bin Syekh Muhammad Zubir bin Syekh Ahmad bin Syekh Muhammad bin Syekh Abdullah bin Syekh Zakariya bin Syekh ‘Amran bin Syekh ‘Ali bin Syekh Tuanku Muhammad Yunus (ulama asal Madinah yang pertama datang ke Minangkabau untuk menyebarkan Islam) bin Syekh Ahmad Thoha bin Syekh ‘Abdussalam bin Syekh Mukhtar bin Syekh Turmudzi bin Syekh Abdul Wahid bin Syekh Ahmed at-Tibby (thibbrani) bin Syekh Abdullah bin Syekh Syarwani bin Sa’iid bin Sayyidinaa ‘Utsman bin ‘Affan Ra.[]

Related posts