Good News From Aceh
InspirasiSejarahSosok

6 Eks Kombatan GAM ini Sukses “Menjadi Diri Sendiri”

kombatan GAM

Ini sekumpulan kisah sosok eks kombatan GAM yang berhasil bertransformasi pasca Aceh damai. Soë-soë manteng? Yuk simak ulasan #CutBit ini sampai tuntas

1. Teungku Jamaica, Toke Tirom

kombatan GAM
Foto: Serambinews.com/Aulia Prasetya

Teungku Jamaika memiliki nama asli Syardani M Syarif. Ia salah satu kombatan yang melek teknologi ketika masa perjuangan dulu.

Tugasnya saat itu mendata setiap kejadian di Aceh dan meneruskan laporan ke Pusat Komando GAM di Aceh hingga Swedia.

Ia juga membuat propaganda dan mengirimkan berita ke media-media di Jakarta. 

Pasca damai, Teungku Jamaica beralih profesi menjadi pebisnis tiram.

Menurutnya, menjadi pembudidaya tiram ini sangat menjanjikan dan dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar.

Hari ini, ia membangun bisnis tiram di wilayah Alue Naga, Ulee Lheue dan Aceh Jaya.

Sadur dari: https://www.ajnn.net/news/syardani-m-syarif-alias-tengku-jamaika-dari-jalur-gerilya-ke-jalur-dagang/index.html?page=all 

2. Jamaluddin, Dosen di Jawa

kombatan GAM
Foto: Acehkini/Dok. Pribadi

Jamaluddin, mantan kombatan GAM yang lahir pada 3 Juni 1982 di Desa Gunci, Kabupaten Aceh Utara.

Ia sudah masuk dalam barisan perjuangan Aceh Merdeka sejak tahun 1996. Kala itu ia masih duduk di bangku kelas 3 SMA di Krueng Geukueh, Aceh Utara.

Baca juga: 5 Tokoh GAM Ditangkap Jelang Perundingan Tokyo Meeting

Setelah tamat, ia melanjutkan pendidikan militer GAM di wilayah Kecamatan Sawang, Aceh Utara. Usai pelatihan, ia ditempatkan di wilayah Daerah IV Aceh Rayeuk, di bawah komando Tgk Muharram. 

Pasca damai, Jamaluddin memilih melanjutkan pendidikan.

Ia kuliah Strata 1 di Universitas Setia Mandiri Medan dan Strata 2 di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Dari pendidikannya yang sungguh-sungguh, ia kemudian dipercaya menjadi dosen tetap di Universitas Teknologi Nusantara, Cilegon, Banten, per Juli 2019 lalu.

Disadur dari: https://kumparan.com/acehkini/kisah-jamal-eks-gam-yang-jadi-dosen-pernah-dibidik-sniper-saat-salat-1rlVh8zE35H/2 

3. Rando, Toke Sawit

kombatan GAM
Foto: bpdp.or.id

Rando merupakan eks kombatan GAM yang jabatan terakhirnya sebagai Panglima GAM Pasukan Rimueng Kureng dengan membawahi 60 personil tempur.

Kelompok tersebut bertugas mengamankan dan mengawasi wilayah Samudera Pasai (Aceh Utara), mulai dari perbatasan Aceh Timur hingga Wilayah Batee Iliek Kabupaten Bireuen. 

Pasca damai, Rando memilih jalan hidup sendiri.

Dimulai menjadi tukang ojek, bekerja di pabrik batu bata, hingga buruh di kebun orang lain.

Pada tahun 2008, Rando akhirnya membeli lahan sawit seluas 1 Ha di kawasan Lhok Drien, sebuah daerah perbukitan yang jauh dari pemukiman warga.

Bagi Rando, “yang penting tanam, hasil belakangan; kalau tidak tanam, pasti tidak ada buah”.

Hari ini jerih payahnya 12 tahun lalu sudah membuahkan hasil. Ia kini memiliki 600 ha sawit yang tersebar di Kecamatan Nisam dan Nisam Antara, Aceh Utara.

Disadur dari: https://www.bpdp.or.id/rando-dari-panglima-gam-ke-panglima-kelapa-sawit 

4. Zakaria Ismail, Toke Madu

kombatan GAM
Foto: Serambinews.com/Handover

Zakaria Ismail alias Bang Zack, lahir di Keude Keumuning Kecamatan Idi Rayeuk, Aceh Timur, 20 Juli 1966.

Ia mengawali petualangannya ke berbagai negara pada awal tahun 1980-an. Pertama ia merantau ke Malaysia dan terdampar di Singapura. Dari sinilah Bang Zack bergabung dengan GAM.

Ia kemudian ikut latihan militer di Tajura Libya, tahun 1989. 

Bang Zack memutuskan terjun ke dunia usaha pasca damai. Eks kombatan GAM ini kemudian menetap di Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Zack memulai karirnya sebagai kontraktor. Wabah Covid-19 membuat usahanya lesu. Ia pun beralih menjadi pengusaha peternakan lebah madu di Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau.

Baca juga: Kisah Menarik Malik Mahmud Sebelum Jadi Wali Nanggroe

Hari ini usaha madu yang dirintisnya sudah sangat banyak dan menghasilkan omset hingga 160 juta per bulannya.

Disadur dari: https://aceh.tribunnews.com/2021/04/24/kisah-bang-zack-eks-kombatan-gam-alumni-libya-yang-kini-jadi-peternak-lebah-madu-di-riau

5. Azizah Adek, Pengusaha Kuliner Aceh

kombatan GAM
Foto: Serambinews.com/Syamsul Azman

Azizah Adek, eks kombatan GAM yang tergabung dalam Pasukan Inong Balee–kelompok militer perempuan GAM. Kini ia menjadi seorang pebisnis kuliner yang terkenal di kawasan Lamdingin, Banda Aceh.

Azizah dulunya salah satu anggota pasukan Inong Balee yang bertugas di wilayah Aceh besar.

Ia bergabung dengan GAM karena terinspirasi dari tokoh-tokoh pejuang perempuan Aceh seperti Keumalahayati, Cut Nyak Dhien, Cut Mutia, dan tokoh pejuang perempuan Aceh lainnya pada masa lampau. 

Pasca damai, ia sempat menjabat Panglima Inong Balee dan Bendahara Partai Aceh Kota Banda Aceh, juga menjadi staf di kantor Komisi Independen Pemilihan Banda Aceh. 

Azizah Adek kemudian menanggalkan semua jabatan itu.

Azizah terjun ke dunia usaha. Awalnya ia memulai berjualan online melalui media sosial.

Pada tahun 2019 ia membuka rumah makan Dapur Ummi Asik di Lamdingin.

Alhamdulillah, rumah makan yang menyajikan masakan khas Aceh ini mendapat sambutan yang bagus dari konsumen. Hari ini, usahanya sudah sangat terkenal di Kota Banda Aceh. 

Disadur dari: https://aceh.tribunnews.com/2021/03/31/tinggalkan-politik-mantan-panglima-inong-balee-fokus-bisnis-masakan-omset-capai-20-juta-per-hari

6. Thayeb Loh Angen, Penulis

kombatan GAM
Foto: Acehnews.net/Zuhri Noviandi

Thayeb Loh Angen adalah mantan kombatan GAM Wilayah Pasee yang kini beralih menjadi seorang penulis.

Nama aslinya adalah Thayeb Sulaiman. Ia lahir pada 1 Februari 1977 di Paloh Dayah, Lhokseumawe dari pasangan Teungku Sulaiman bin Utoh Dadeh dan Cut Zubaidah binti Teuku Juhan. 

Baca juga: Ishak Daud Panglima GAM Yang Tak Sempatkan Rasakan Manisnya Perdamaian

Pasca Aceh-RI sepakat damai melalui MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005, Thayeb pun mulai menyasar lembaran baru dalam kehidupannya.

Ia pun memulai karir di bidang kepenulisan pada tahun 2006 sebagai penulis roman.

Tahun 2008 Thayeb menjadi redaktur di salah satu harian di Aceh. Setahun kemudian, eks kombatan GAM berambut gondrong ini mengeluarkan novel pertamanya yang berjudul “Teuntra Atom”.

Novel Teuntra Atom diklaim terinspirasi dari perjalanan hidupnya selama menjadi kombatan.

Thayeb juga mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Kebudayaan Aceh dan Turki [PuKAT]. Pada tahun 2015 ia kembali menerbitkan novel keduanya yang berjudul “Aceh 2025”.

Disadur darihttps://www.acehnews.net/thayeb-loh-angen-dan-novel-aceh-2025/

Menurut Warga AcehPlus, siapa lagi eks kombatan GAM yang sukses di jalannya sendiri? Mention di komen.[]

 

Related posts