Pernah main ke Rumoh Aceh? Atau bahkan punya Rumoh Aceh? Rupanya rumah ini punya filosofis yang dalam sekali. Yuk kenali filosofis Rumoh Aceh lewat postingan ini.
Table of Contents
Dipengaruhi Unsur Islam
Pengaruh keyakinan masyarakat Aceh terhadap arsitektur bangunan rumahnya dapat dilihat pada orientasi rumah yang selalu berbentuk memanjang dari timur ke barat.
Hal ini bisa ditandai dengan bagian depan menghadap ke timur dan sisi dalam atau belakang yang sakral berada di barat.
Arah Barat mencerminkan upaya masyarakat Aceh untuk membangun garis imajiner dengan Ka’bah yang berada di Mekkah.
Selain itu, pengaruh keyakinan dapat juga dilihat pada penggunaan tiang-tiang penyangganya yang selalu berjumlah genap, jumlah ruangannya yang selalu ganjil, dan anak tangganya yang berjumlah ganjil.
Ada Berbagai Motif
Pada bangunan rumah Aceh dikenali berbagai motif. Adapun motif tersebut seperti ukiran-ukiran yang diambil dari ayat-ayat al-Quran yang merupakan simbol kekuatan agama dari orang Islam di Aceh.
Selain itu kita bisa jumpai juga motif-motif flora. Motif yang digunakan adalah sterilisasi tumbuh-tumbuhan baik berbentuk daun, akar, batang, maupun bunga-bungaan.
Ragam hias ini biasanya terdapat pada tangga, dinding, tolak angin, kindang, balok pada bagian kap, dan jendela.
Selanjutnya ada motif fauna yang sering dilihat dan disukai.
Ada juga motif alam yang digunakan oleh masyarakat Aceh di antaranya adalah langit dan awannya, langit dan bulan, dan bintang dan laut.
Arsitektunya Sangat Adaptif
Wujud dari arsitektur rumoh Aceh merupakan pengejawantahan dari kearifan dalam menyikapi alam dan keyakinan (religiusitas) masyarakat Aceh.
Arsitektur rumah berbentuk panggung dengan menggunakan kayu sebagai bahan dasarnya merupakan bentuk adaptasi masyarakat Aceh terhadap kondisi lingkungannya.
Secara kolektif pula, struktur rumah tradisi yang berbentuk panggung memberikan kenyamanan tersendiri kepada penghuninya.
Struktur rumah seperti itu memberikan nilai positif terhadap sistem kawalan sosial untuk menjamin keamanan, ketertiban, dan keselamatan warga gampong (kampung).
Arsitektur rumah Aceh yang tanpa menggunakan paku itu juga membuat bangunannya anti gempa. Ketika gempa terjadi, rumah tidak akan rubuh melainkan menyesuaikan dengan gerak ayunan gempa.
Baca juga: Keuneungong Cara Aceh Membaca Tanda Alam
Tak hanya itu, Rumoh Aceh juga aman dari banjir. Banjir tidak akan sampai menyentuh bangunan utama rumah karena memiliki tiang yang tinggi. Juga aman dari binatang buas.
Dibangun secara Gotong Royong
Orang Aceh percaya jika membangun rumah bagaikan membangun kehidupan.
Maka dari itu, membangun rumah dalam kehidupan orang Aceh haruslah memenuhi beberapa persyaratan dan melalui beberapa tahapan.
Persyaratan yang harus dilakukan misalnya pemilihan hari baik yang ditentukan oleh Teungku (ulama setempat), pengadaan kenduri, pengadaan kayu pilihan, dan sebagainya.
Dengan mendapatkan petuah dari Teungku, maka rumah yang dibangun diharapkan dapat memberikan keamanan secara jasmani dan ketentraman secara rohani.
Tata ruang rumah dengan beragam jenis fungsinya merupakan simbol agar semua orang taat pada aturan. Setelah mendapatkan restu dari teungku, maka dibangunlah rumah tersebut secara bergotong royong.
Tata Ruang Fungsional
Tata ruang rumah dengan beragam jenis fungsinya merupakan simbol agar semua orang taat pada aturan. Adanya bagian ruang yang berfungsi sebagai ruang-ruang privat, seperti rumoh inong.
Ada juga ruang publik, seperti serambi depan. Ada juga ruang khusus perempuan, seperti serambi belakang.
Ini merupakan usaha untuk menanamkan dan menjaga nilai kesopanan dan etika bermasyarakat.
Keberadaan tangga untuk memasuki rumoh Aceh bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk naik ke dalam rumah, tetapi juga berfungsi sebagai titik batas yang hanya boleh didatangi oleh tamu yang bukan anggota keluarga atau saudara dekat.
Dengan demikian, tangga juga memiliki fungsi sebagai alat kontrol sosial dalam melakukan interaksi sehari-hari antar masyarakat.[]