Good News From Aceh
SejarahInspirasiSosial

Kisah Ibnu Batutah Studi Banding ke Samudera Pasai

ibnu batutah acehplus

Dulu Aceh menjadi salah satu tujuan studi banding bangsa-bangsa lain. Lakab #AcehBangsaTeuleubeh mungkin banyak benarnya. Kisah Ibnu Batutah “studi banding” ke Samudera Pasai ini menjadi bukti kuat. Yuk simak sampai habis.

Bertemu Duta Aceh di Delhi

ibnu batutah acehplus

Ibnu Batutah (1304-1368 M), pengembara muslim dunia asal Maroko, melawat ke Samudera Pasai, Aceh, pada tahun 1345 M.

Ia datang ke sana pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Bahian Syah atau Sultan Ahmad I (1326-1345 M), raja ke-3 Kerajaan Samudera Pasai. Seorang sultan yang alim nan bijaksana. 

Ibnu Batutah tidak serta merta langsung mengunjungi Pasai. Sebelumnya, dari Maroko ia menetap di New Delhi, India.

Saat di Delhi inilah ia berkenalan dengan seorang duta Kerajaan Samudra Pasai yaitu Zulsyah. Kemudian Ibnu Batutah diutus Raja Delhi untuk melawat ke Tiongkok.

Dalam perjalanannya ke Negeri Tirai Bambu, ia transit di Srilanka dan Samudera Pasai. 

Disambut Meriah

ibnu batutah acehplus

Sesampai di negeri Pasai, Ibnu Batutah terkesima dengan penyambutan oleh pihak kerajaan. Mulai dari sebelum turun kapal hingga sampai di darat, Ibnu Batutah disambut dan diperlakukan bak seorang raja. 

Baca juga: 21 Wasiat Sultan Aceh

Menurut riwayat, ketika tiba di darat, rombongan Ibnu Batutah dipersilakan duduk di atas tikar yang terbentang sedangkan para keluarga kerajaan hanya duduk di atas tanah–mungkin dari sinilah falsafah “Tajak jareuëng geuleuëng tika duëk, kayém tajak geujôk situëk” hadir dalam kehidupan orang Aceh kali ya.

Rombongan Ibnu Batutah kemudian diarak menuju istana dengan menunggang gajah dan kuda. 

Lagèë di Rumoh Droë

ibnu batutah acehplus

Ketika tinggal di Pasai, Ibnu Batutah melihat betapa majunya peradaban.

Pasai dalam pandangannya adalah sebuah kawasan yang sangat kosmopolitan. Berbagai kebudayaan dan tradisi bercampur jadi satu dan penuh toleransi. 

Ibnu Batutah dalam catatannya menyebutkan, di Pasai, tradisi dari Gujarat, Persia dan Arab bercampur menjadi satu.

Yang menariknya, tidak ada perbedaan warna kulit, kasta hingga strata ekonomi.

Semua berbaur dan bahu-membahu membangun lingkungan yang sehat dan aman sehingga apabila ada tamu-tamu dari luar datang mereka merasa feels like home a.k.a lagèë di rumoh droë.

Diplomasi Yang Kuat

ibnu batutah acehplus

Ibnu Batutah sungguh terkesima dengan penyambutan di Pasai.

Setelah mengunjunginya pertama kali pada tahun 1345 M dan menuju Tiongkok, Ibnu Batutah geuriwang kembali ke Pasai pada tahun 1346 M–sudah dipimpin Sultan Malik az-Zahir II (1346-1349).

Ia juga datang kembali ke Pasai untuk memenuhi undangan pernikahan Zainul Arifin putra dari Sultan Ahmad Bahian Syah. 

Kali ini Ibnu Batutah bercerita tentang bagaimana keadaan negeri Pasai yang sudah begitu maju.

Ia melihat dalam kehidupan sehari-hari begitu mudah dijumpai orang-orang yang berbahasa Persia, Arab dan Hindi di pasar-pasar negeri Pasai.

Bahkan hubungan kerajaan Pasai dengan kerajaan di Delhi, Baghdad dan Tiongkok semakin mesra. Dengan kata lain, politik diplomasi Pasai sudah sangat luar biasa.

Keadilan Dimulai dari Raja

ibnu batutah acehplus

Ibnu Batutah menekankan bahwa kehidupan dan kemakmuran sebuah bangsa dimulai dari adilnya seorang pemimpin kawasan tersebut. Hal inilah yang dia lihat dalam perjalanan keduanya di Pasai. 

Ia menggambarkan Sultan Ahmad Bahian Syah adalah seorang raja yang sangat patriot dalam mengembangkan agama Islam dan menjaga seluruh rakyatnya.

Ia menyebutkan sang raja juga membuat qanun tentang kesetaraan antar bangsa-bangsa yang bernaung dibawah Kerajaan Samudera Pasai untuk meminimalisir gejolak di wilayahnya serta menjunjung tinggi persaudaraan antar sesama.[]

Related posts