Menyebut Teuku Markam #CrazyRichIndonesian asal Aceh masa #OrdeLama itu, bukan hanya cerita tentang sumbangan emas untuk Tugu Monas di Jakarta, tetapi ada kontribusi besar lainnya buat negara seperti dalam sekeping cerita ini. Yuk baca sampai kalimat terakhir.
Table of Contents
Pembiayaan Operasi Ganyang Malaysia
Pada 9 Juli 1964, Presiden Soekarno mengumpulkan ratusan pengusaha, pedagang besar dan menengah di Istana Negara.
Mereka diundang untuk ikut menyumbang kepada pemerintah yang sedang membutuhkan dana sekitar Rp 250 juta untuk pembiayaan Operasi Dwikora atau dikenal “Ganyang Malaysia”.
Haji Abdul Karim Oey alias Oey Tjeng Hien, yang diminta Soekarno memimpin penggalangan dana malam itu, sehari sebelumnya sudah menyumbang Rp 75 juta.
Lalu malam itu, Agus Musin Dasaad mendonasikan Rp 100 juta, Jusuf Muda Dalam yang kelahiran Aceh juga menyumbang Rp 100 juta.
Berikutnya Teuku Markam saudagar kaya asal Aceh pun memberikan bantuan Rp 50 juta. Disusul para undangan lainnya dengan harga yang lebih kecil.
Peluk-Cium Soekarno
Teuku Markam gatal tangan. Pemilik PT KARKAM (Kulit Aceh Raya Kapten Markam) itu mendekati Oey Tjeng Hien dan berbisik:
“Pak Haji Karim, kalau saya diizinkan memeluk Presiden, maka saya kasih lagi Rp 50 juta.”
Oey meneruskan permintaan Markam kepada Soekarno. Meski sempat ditolak, akhirnya Oey berhasil bujuk Presiden.
Markam pun memeluk Bung Karno. Hadirin tertawa. Sesuai janji, Markam merogoh kocek Rp 50 juta.
Tak sampai di situ. Markam kembali menghampiri Haji Karim. Ia mengatakan akan menambahkan Rp 100 juta lagi jika diizinkan mencium Presiden Soekarno.
Oey sampaikan keinginan Markam tapi Bung Karno menolak. Namun, Oey membujuk lagi Sang Proklamator, “apalah artinya dicium pipi sejenak, dana akan bertambah 100 juta. Itu bukan sedikit.”
Apakah Soekarno mau dicium Teuku Markam?
Donatur Terbesar
Akhirnya, Bung Karno mau-mau saja. Teuku Markam pun mencium pipi Soekarno–dan barangkali menasbihkan ia sebagai orang Aceh pertama yang mencium Presiden Republik Indonesia.
Aksi itu disambut riuh tawa para undangan. Hingga acara selesai, total dana terkumpul mencapai Rp 650 juta (setara 6 Triliun lebih saat ini) melebihi target yang dibutuhkan. Dan Teuku Markam jadi donatur terbesar.
Yatim Piatu
Teuku Nyak Markam kelahiran 1925 di Seunuddon, Aceh Utara. Merupakan keturunan uleebalang (penguasa wilayah) bernama Teuku Marhaban. Ia menjadi yatim piatu semenjak berusia 9 tahun.
Saat beranjak muda, Teuku Markam yang sebelumnya hanya sekolah di SR, menempuh pendidikan wajib militer di Koeta Radja (Banda Aceh sekarang).
Ia tamat dengan pangkat Letnan Satu. Markam bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan ikut pertempuran di Tembung, Sumatra Utara.
Karena kepiawaiannya, Markam diutus ke Bandung untuk menjadi Ajudan Jenderal TNI Gatot Soebroto.
Oleh Jenderal, Markam ditugaskan untuk jumpai Soekarno; dari situlah ia menjalin koneksi dengan Presiden.
Tahun 1957 saat berpangkat Kapten (NRP 12276), Markam pulang ke Aceh.
Gantung Senjata
Karena suatu hal, Teuku Markam resign dari kemiliteran. Ia lantas segera mendirikan PT. Karkam.
Setahun kemudian, ia merantau ke Jakarta untuk fokus menjalani karir bisnisnya. PT Karkam dipercaya mengerjakan sejumlah projek pemerintah.
Baca juga: 8 Tokoh Aceh ini Layak Jadi Pahlawan Nasional
Dari berbisnis itulah, Teuku Markam kelak dikenal sebagai pengusaha royal. Ada banyak kontribusinya buat negara, selain menyumbang emas 28 kg untuk Tugu Monas.
Namun ketika rezim Orde Baru, Teuku Markam yang dekat dengan Soekarno dituduh PKI. Banyak aset bisnisnya diambil-alih negara. Dan hidupnya berakhir tragis.[]
Sumber Rujukan:
https://historia.id/histeria/articles/galang-dana-dwikora-ala-sukarno-6ljzM/page/2
https://profilpelajar.com/Teuku_Markam