Mungkin Rakan pernah mengenal atau hidup di antara orang-orang yang bernama Sayed? Mereka adalah keturunan Nabi Muhammad SAW yang mesti dimuliakan. Begini sejarahnya. Pastikan baca sampai habis.
Table of Contents
Aceh Tujuan Utama
Aceh menjadi wilayah pertama di Nusantara yang mendapat ajaran Islam. Referensi yang lebih kuat menyebutkan Islam masuk ke Nusantara melalui Aceh yang dibawa oleh keturunan Nabi Muhammad SAW.
Kedatangan mereka bermula saat Khalifah Makmun bin Harun al-Rasyid (167-219 H) meminta Sayid Muhammad Diba’i bin Jakfar Asshadiq untuk hijrah dan menyebarkan Islam ke Hindi, Asia Tenggara dan sekitarnya.
Sayid Muhammad Diba’i merupakan salah satu keturunan Ali bin Abi Thalib di Mekkah; silsilahnya Sayid Muhammad Diba’i bin Jakfar Asshadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Ali Muhammad Zainal Abiddin bin Sayyidina Husain Asysyahid bin Fatimah binti Muhammad Rasulullah SAW.
Berangkatlah satu kapal yang memuat rombongan angkatan dakwah yang dipimpin keturunan Nabi Muhammad Muhammad.
Mereka lebih dulu transit di India. Rombongan ini lalu melanjutkan ke Nusantara.
Dalam misi syiar Islam ini, Sayid Muhammad Diba’i membawa serta putranya, Sayid Ali Muktabar–yang kelak melahirkan Sultan Islam pertama di Aceh.
Ilustrasi rombongan pendakwah dari Arab. Foto: IST
Baca Juga : 8 Tokoh Dunia yang Bantu Tsunami Aceh 2004
Rombongan Nakhoda Khalifah
Menurut kitab Idharul Haq fi Mamlakat al-Perlak yang ditulis Syekh Ishak Makarani al-Pasi pada tahun 173 H (sekitar 800 M) Bandar Perlak disinggahi satu kapal yang membawa sekitar 100 orang dai.
Mereka terdiri dari orang-orang Arab suku Quraisy, Palestina, Persia dan India dengan menyamar sebagai pedagang.
Kelak orang Aceh menyebut mereka Rombongan Nahkoda Khalifah.
Kedatangan rombongan Nahkoda Khalifah itu disambut penduduk dan penguasa Negeri Perlak (Aceh Timur) yakni pada masa Meurah Syahir Nuwi penguasa Kerajaan Perlak–sebelum masuk Islam.
Mereka berbaur dengan masyarakat setempat. Meurah Syahir Nuwi pun menjadi raja pertama yang menganut Islam di Perlak.
Sayid Ali Muktabar sendiri kemudian menikah dengan adik Syahir Nuwi yang bernama Puteri Tansyir Dewi. Dari pernikahan inilah, lahir seorang putra bernama Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, yang kelak mendirikan Kerajaan Islam Perlak.
Ilustrasi rombongan Nahkoda Khalifah tiba di Negeri Perlak. Foto: IST
Keturunan Nabi Jadi Sultan
Sayid Maulana Abdul Aziz Syah ketika dewasa dinobatkan menjadi Sultan Pertama Kerajaan Islam Perlak. Penobatan ini bertepatan pada 1 Muharram 225 H (840 M) dengan gelarnya Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah.
Silsilahnya, Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah bin Sayid Ali Muktabar bin Sayid Muhammad Diba’i bin Imam Jakfar Asshadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayidina Ali Muhammad Zainal Abidin bin Sayyidina Husain Asysyahid bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib (suami Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah SAW). Dari sinilah bermula keturunan Nabi di Aceh.
Kerajaan Islam Perlak menjadi kerajaan islam pertama di Asia Tenggara–meskipun lebih sedikit buktinya.
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah memimpin Kerajaan Islam Perlak dari tahun 840 – 864 Masehi.
Berikutnya ada tiga sultan dari Dinasti Sayid menggantikan Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, yakni Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Rahim Syah (864 – 888 M), Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah (888 – 913 M), dan Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughayat Syah (915 – 918 M).
Kaum Sayed di Aceh
Jika kita membaca sejarah Aceh, akan banyak ditemui nama-nama keturunan Nabi yang menjadi sultan, ulama, negarawan, bangsawan, pedagang, hingga rakyat biasa.
Keturunan Nabi di Aceh dapat ditandai dengan nama yang berawalan Sayed, Said, Sayid, Sayyid. Untuk perempuan, umumnya dengan awalan Syarifah.
Mereka tersebar hampir di seluruh Aceh. Umumnya kaum Sayed ini memiliki perawakan seperti orang Arab seperti gen leluhurnya–kecuali (maaf) yang peusayed-sayed droë alias mensayid-sayidkan diri. Bagaimana dengan Habib?
Beda Habib dengan Sayid
Menurut Habib Zein bin Umar bin Smith, Ketua Umum Rabithah Alawiyah–organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia–keturunan Nabi Muhammad dari garis Sayyidina Husain mewarisi gelar resmi Sayyid (lelaki) dan Sayyidah (perempuan).
Sedangkan dari garis Sayyidina Hasan menggunakan gelar Syarif dan Syarifah. Gelar ini biasanya disematkan di kata depan namanya.
Keturunan Nabi selain ditandai dari gelar resmi Sayyid atau Sayyidah, juga melalui lakab Habib.
Menurut Habib Zein bin Umar bin Smith, keturunan Nabi yang dipanggil Habib adalah para sayid yang istimewa.
Habib adalah sayid yang benar (berakhlak mulia), dicintai, ahli ilmu, dan menjadi panutan. Sederhananya, tidak semua sayid dapat menjadi habib tapi seorang habib sudah pasti sayid.
Cara Memastikan Keturunan Nabi Muhammad
Menurut Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zein bin Umar bin Smith, ada puluhan marga keturunan Nabi Muhammad di Nusantara. Diantaranya ada Assegaf, Al Attas, Al Habsyi, Al Hadad, Shihab, bin Smith, Alaydrus, Al Jufri, Al Hamid, dan lainnya.
Bagi Rakan, terutama generasi Aceh yang “terlahir” sebagai keturunan Nabi Muhammad, Rabithah Alawiyah bisa menjadi tempat untuk mendapatkan sertifikat keluarga nasab (keturunan) nabi, jika memang memiliki bukti silsilah hingga tujuh keturunan.
Referensi: “Kita Harus Bisa Memilah antara Sayid dan Habib”, https://tirto.id/chc8 (18 Januari 2017)[
Nah, sudah tau kan sejarahnya. Jadi, mungkinkah ini salah satu alasan Aceh disebut Serambi Mekkah?[]