Leughok (Aceh: leugh’ök) atau juga disebut Dughok adalah makanan tradisional Aceh yang diperkirakan sudah ada sejak Kesultanan Aceh Darussalam.
Selain sebagai jamuan, leughok kerap dibawa sebagai bekal bagi pejuang. Kini leughok sangat dekat dengan kehidupan orang Aceh khususnya di pedesaan.
Karena pada zaman dulu, umumnya orang Aceh adalah petani yang selalu membawakan bekal leughok ketika bekerja di ladang, sawah atau kebun.
Dibuat dari Pisang
Bahan dasar pembuatan leughok adalah pisang wak (pisang monyet) matang yang diremas hingga halus dan dibuang bijinya. Kemudian dicampur tepung beras atau ada juga yang dicampur dengan beureune (sagu).
Setelah adonannya dirasa pas, kemudian dibentuk seperti timphan namun ukurannya lebih besar, lalu dibungkus daun pisang. Terakhir, dikukus.
Bentuknya padat. Rasanya sedikit keasin-asinan, sedikit manis, dan aromanya khas. Leughok biasa dimakan dengan kelapa parut campur gula pasir.
Satu Leughok = 10 Marsose Belanda
Leughok menjadi menu wajib dalam “ransum” pejuang Aceh. Ditengarai pasukan Aceh yang berperang melawan Belanda, membawa beberapa makanan yang tahan lama dan praktis pembuatannya.
Jika lauknya ada keumamah, maka leughok salah satu penganan wajib diisi dalam ransum.
Selain mudah dibuat, leughok mengandung karbohidrat dan protein yang cukup. Apalagi jika ukurannya dibuat sebesar lengan orang dewasa, otomatis, satu leughok cukup untuk menewaskan 10 marsose Belanda!
Rakan, kapan terakhir makan leughok?