Bagi warga Aceh Selatan dan sekitarnya, nama Teungku Peulumat tentu tidak asing lagi. Nah bagi yang belum tahu, yuk baca cerita ACEH+Sosok ini sampai selesai ya.
Table of Contents
Ulama Asal Padang
Teungku Peulumat lahir pada 8 Agustus 1873 di Nagari Kota Baru, Kecamatan Sungai Tarap, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.
Teungku Peulumat memiliki nama lahir Teungku Syeh Abdul Karim. Masa kecilnya dihabiskan di kampungnya, Kota Baru, hingga masa akhir masa remaja.
Baca juga: Abu Tumin Blang Bladeh, Panutan Ulama dan Masyarakat
Pada masa dewasanya kelak, Teungku Peulumat merantau ke Aceh tepatnya ke Peulumat, Kecamatan Labuhan Haji Timur, Aceh Selatan.
Kemudian hari, karena sudah terlalu nyaman di bumoe Aceh, ia pun mempersunting seorang gadis di sana dan menetap di Peulumat hingga akhir hayatnya.
Belajar di Darussalam
Ketika hijrah ke Aceh Selatan, Teungku Peulumat langsung jatuh hati dengan Pesantren Darussalam, Labihan Haji. Ia pun memilih belajar di sana.
Pesantren atau Dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan, telah banyak melahirkan generasi ulama-ulama besar.
Salah satunya adalah keponakannya yaitu Syeh Teungku Abuya Muda Waly Al-Khalidy yang kemudian menjadi pemimpin Pesatren Darussalam Labuhan Haji itu sendiri.
Di Darussalam ia memperdalam ilmu syariat, hakikat dan ma’rifat serta belajar kitab kuning bermazhab syafii.
Baca juga: Prof Tgk Ismail Yakub Ulama Akademisi Aceh yang Sukses di Luar
Karena Teungku Peulumat sangat menggandrungi ilmu tasawuf, ia hidup dengan ajaran sufi yang lebih mengedepankan kehidupan wara’ dan qana’ah.
Teungku Peulumat menjalani kehidupannya semata-mata untuk mencari ridha Allah.
Kisah Karamah
Antara tahun 1938 – 1943, Teungku Peulumat sering datang ke Masjid Tuo Kampung Padang, Tapaktuan, Aceh Selatan.
Ia kesan untuk melaksanakan shalat dzuhur dan ashar. Bahkan dikatakan juga ia sering tidur siang di masjid itu demi menunggu waktu shalat ashar.
Pada suatu hari, menjelang shalat ashar, Teungku Peulumat tiba ke masjid dalam keadaan basah kuyup.
Melihat kondisi Teungku Peulumat seperti itu, seorang jamaah bertanya, “bagaimana Teungku shalat dalam keadaan basah seperti itu?”
Lalu Teungku Peulumat membuka bajunya sembari mengibas-ngibas baju yang basah itu. Tak disangka baju basah tersebut kering seketika seperti baru diangkat dari jemuran.
Kiprah di Masyarakat
Sebagai seseorang yang dihormati dan diakui keilmuannya, Teungku Peulumat telah membawa nama baik Desa Beutong Peulumat sehingga desa itu dikenal masyarakat Aceh Selatan secara khusus maupun Aceh secara luas.
Kontribusi nama baik Tgk Peulumat telah mendorong para pelajar dari daerah lain untuk menuntut ilmu di pemukiman Peulumat, diantaranya untuk meudagang di Dayah Nurul Yakin, Dayah Darul Amilin dan Dayah Darul Makmur.
Selain itu, Abuya Syekh Muda Waly Al-Khalidy juga sempat datang ke Teungku Peulumat untuk meminta fatwa tentang hukum rokok.
Apa tanggapan beliau? Teungku Peulumat langsung meminta izin kepada keponakannya untuk membakar rokok terlebih dahulu.
Melihat reaksi seperti itu dari pamannya, Abuya Syekh Muda Waly segera meminta izin karena sudah memahami jawaban dari pertanyaannya.
Akhir Hayat
Setelah berkiprah dalam masyarakat, Teungku Peulumat berpulang ke Rahmatullah pada 22 Sya’ban 1364 H atau pada tahun 1943 M.
Jenazahnya dikebunikan di atas perbukitan di Desa Beutong, Kecamatan Labuhan Haji Timur, Aceh Selatan. Karena semasa hidupnya diakui keilmuan dan kekeramatannya, makam Tgk Peulumat masih ramai diziarahi masyarakat hingga sekarang.[]