Inilah sekuel kedua dari perang di Barat-Selatan. Kali ini ada Teuku Cut Ali yang menjadi pahlawan kita dari Barat-Selatan dalam berjihad melawan kolonialisme Belanda. Yuk simak ulasan ini hingga kalimat terakhir.
Table of Contents
Siapa Teuku Cut Ali?
Teuku Cut Ali merupakan putra asli Trumon. Ia lahir di Desa Kuta Baro, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, pada tahun 1895, dari pasangan Teuku Cut Hajat dan Nyak Putroe.
Ia memiliki silsilah kepada Kerajaan Trumon yaitu pada kakeknya, Teuku Nyak Dhien, raja Trumon keenam.
Trumon merupakan salah satu daerah kerajaan sembilan dari Kerajaan Aceh Darussalam yang memiliki Cap Sikureueng.
Sejak kecil Teuku Cut Ali sudah berbakat dalam berperang.
Teman kecilnya adalah Teuku Raja Angkasah yang kemudian juga dikenal sebagai pejuang dari Barat-Selatan.
Teuku Cut Ali ketika dewasa dipercayakan menjadi Panglima Sagoe untuk memimpin pasukan jihad melawan Belanda.
Alasan Berjihad
Sejak kecil Teuku Cut Ali sudah memilih “hidup merdeka”. Maka ketika adanya upaya Belanda hendak menguasai daerah Trumon dan sekitarnya, ia menyiapkan pasukannya untuk melawan Belanda sebagai wujud cinta Tanah Air.
Alasan berikutnya: perang jihad fi sabilillah untuk mencapai ridha Allah, karena musuh yang dihadapi adalah kafir Belanda.
Barangsiapa yang senang pergi ke medan perang melawan kafir maka akan mati syahid, sama halnya seperti yang digaungkan dalam hikayat Prang Sabi.
Semangat inilah yang melatarbelakangi perjuangan Teuku Cut Ali cs di Barat-Selatan ketika melawan Belanda.
Strategi Perang ala Teuku Cut Ali
Teuku Cut Ali melancarkan strategi perang gerilya. Pasukan Teuku Cut Ali seringnya menyerang pos Belanda pada malam hari.
Baca juga: Teuku Ben Mahmud, Uleebalang Trumon Pertama yang Menentang Belanda
Strategi ini sangat ampuh ketika pasukannya menyerang Belanda karena pasukan kaphe Belanda memilih istirahat di malam hari.
Strategi lain yang dilakukan Teuku Cut Ali adalah mengirim surat kepada Belanda untuk “adu mekanik” di tempat yang disepakati dalam surat tersebut.
Jika pasukan Belanda menyetujuinya maka akan menjadi keuntungan bagi Teuku Cut Ali, karena ia lebih memahami medan yang menjadi tempat adu mekanik tersebut.
Dan masih banyak strategi-strategi lain yang dipakainya untuk menekan Belanda.
Gugur di Medan Laga
Teuku Cut Ali berjuang bersama tokoh perlawanan lainnya di Aceh Selatan yaitu Teuku Raja Angkasah dan Panglima Raja Lelo IV.
Teuku Cut Ali gugur di medan laga setelah perlawanan panjangnya di wilayah Aceh Selatan dan sekitarnya.
Ia tertembak dalam sebuah penyergapan oleh pasukan Belanda.
Sang Pemimpin dihabisi beserta pasukannya seperti Imam Nago, Imam Sabil, Teuku Nago dan Nyak Asan.
Teuku Cut Ali dipastikan syahid pada Mei 1927. Meskipun begitu, perlawanan di Barat-Selatan masih tetap berlanjut.
Baca juga: Kisah Pasukan Marsose Aceh Melawan Marsose Belanda
Spirit jihad masih tetap hidup dalam perjuangan masyarakat di sana ketika melawan Belanda.
Hormat untuk perjuangan Teuku Cut Ali dan masyarakat Barat-Selatan lainnya.[]
Sumber Bacaan:
- Buku “Trumon sebagai Kerajaan Berdaulat dan Perlawanan Terhadap Kolonial Belanda di Barat-Selatan Aceh”, Misri A. Muchsin. Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Aceh. 2019
- https://analisaaceh.com/catatan-sejarah-dan-syahidnya-teuku-cut-ali-26-mei-1927/